Kalbu

Kalbuku tergores sepi, basah merah menetes darinya, bercucuran kemudian mengental di atas tilam kepasrahan. Bagai terbenam dalam amuk badai, jiwaku sempoyongan demi jumput sehelai perban tuk hentikannya, segera kubebat lukaku, namun sia-sia.
Jiwaku kini meranggas, terkulai di pojok ruang kehidupan. Pejam menahan nyeri. Tetes-tetes nyawa yang kugadai pada detik waktu kini hanyut meninggalkan kalbu yang mulai mengering ditinggalnya.

Duhai Sesembahanku yang merajai negeri Surga. Tinggalkanlah jejak kakiMu untuk ku ikuti, kan kujadikannya sebagai petunjuk tuk sebuah perjalanan mulia, penggenap, sebelum darah kalbuku melepaskan tetes terakhirnya.

Merindukanmu, Tuhan.

2 komentar:

BaS mengatakan...

Aduh....ga ngerti maksudnya apa....jelasin lagi donk posting kamu soal apa? Merapi?

Kay mengatakan...

hehehehehehehehe bukaannnn, merindukan diriku yang dulu slalu mengingat-NYA

Posting Komentar